Kamis, 14 Maret 2013

DIABETES MELLITUS!


Sehat alami terhidar dari Penyakit Kencing Manis. Mengapa disebut SI MANIS? Kenaikan kadar gula (glukosa) di dalam darah akan meneyebabkan urine penderita mengandung glukosa sehingga terasa manis.

Mengapa Berbahaya ?

Darah beredar ke seluruh tubuh kita. Pada penderita DM, gula yang berlebihan di darahnya akan beredar ke seluruh tubuh. Kalau keadaan ini dibiarkan (DM tidak terkontrol) maka dapat menimbulkan komplikasi.

Komplikasinya bahaya sekali karena dapat terjadi di berbagai organ tubuh yang penting seperti otak (stroke), mata (katarak, kerusakan retina), jantung (penyakit jantung koroner), ginjal (gangguan fungsi ginjal), pembuluh darah dan saraf.

Komplikasi pada pembuluh darah menyebabkan gangguan aliran darah sehingga luka sukar sembuh bahkan bisa membusuk yang disebut gangren).




Karbohidrat

Diabetes Mellitus (DM) berkaitan erat dengan karbohidrat. Untuk beraktivitas (berpikir, bergerak dll), tubuh kita memerlukan energi/kalori dan sumber utama kalori bagi tubuh adalah karbohidrat. Jadi karbohidrat sangat dibutuhkan oleh tubuh tetapi menjadi masalah bagi penderita DM.

 

Di dalam tubuh, karbohidrat dari makanan harus diubah menjadi glukosa karena hanya bentuk glukosa yang bisa masuk ke dalam sel-sel tubuh. Perubahan karbohidrat menjadi glukosa terjadi di mulut, lambung dan usus halus (bagian dari sistem pencernaan). 
Jadi di usus halus karbohidrat sudah dalam bentuk glukosa yang kemudian diserap oleh pembuluh darah di usus => glukosa masuk ke aliran darah => dengan bantuan insulin, glukosa masuk ke sel-sel tubuh => kadar glukosa dalam darah akan berkurang. Tanpa insulin, glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel-sel tubuh. Di dalam sel tubuh, glukosa diubah menjadi energi (ATP) yang akan dipakai oleh sel tubuh untuk beraktivitas.

Karbohidrat yang kita konsumsi ada 3 jenis :

Karbohidrat Sederhana :
  • Monosakarida (MANIS), contoh : glukosa 
  • Disakarida (MANIS), contoh : Fruktosa (gula buah), Laktosa (gula susu), Galaktosa
Karbohidrat Kompleks :
  • Polisakarida (TAWAR), contoh : Pati (nasi, tepung dll)

Insulin

Organ tubuh yang menghasilkan insulin adalah pankreas. Bagian pankreas yang menghasilkan insulin adalah sel beta. Insulin dari pankreas akan masuk ke dalam aliran darah dan akan bertemu dengan glukosa yang ada di dalam aliran darah. Insulin akan membantu glukosa masuk ke sel-sel tubuh.


Diabetes Mellitus (DM)

Ada 4 jenis : Prediabetes, DM tipe 1 (IDDM), DM tipe 2 (NIDDM) dan Gestational DM (DM pada kehamilan). Yang banyak adalah DM type 1 (IDDM) dan DM Type 2 (NIDDM).

DM Tipe 1 (IDDM)



Pada DM type 1 terjadi kerusakan pada sel-sel beta di pankreas => produksi insulin terganggu => jumlah insulin berkurang (bahkan bisa tidak ada) => glukosa yang ada di dalam darah tidak bisa masuk ke sel-sel tubuh => glukosa tetap ada di dalam darah => jumlah glukosa di dalam darah => kadar glukosa di dalam darah meningkat => terjadilah DM type 1 yang dikenal juga dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) karena penderita harus menyuntikan insulin selama hidupnya.

DM Tipe 2 (NIDDM)


Pada DM type 2 terjadi penolakan sel-sel tubuh terhadap insulin (disebut resistensi insulin) => pemakaian insulin oleh sel-sel tubuh terganggu  => glukosa yang ada di dalam darah tidak bisa masuk ke sel-sel tubuh  => glukosa tetap ada di dalam darah => jumlah glukosa di dalam darah  => kadar glukosa di dalam darah meningkat  =>terjadilah DM type 2 yang dikenal juga dengan istilah Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) karena penderita tidak harus menyuntikan insulin tetapi cukup dengan obat diabetes yang diminum (Oral Anti Diabetes – OAD).


GEJALA DM

Gejala DM disebut 3P :
  • Polidipsia (haus lagi haus lagi (2HL)  =>sering minum)
  • Polifagia (lapar lagi lapar lagi (4L)  =>sering makan)
  • Poliuria (kencing lagi kencing lagi (2KL) => sering kencing)
Waspadalah bila memiliki gejala 3P ini !!!

Kamis, 10 Januari 2013

Awas, Pembalut Wanita Mengandung Zat ‘DIOXIN’ !

WHO: Zat DIOXIN Dapat Menyebabkan Kanker

merk pembalut berbahaya

Deskripsi:
Pernahkah Anda berpikir bahwa pembalut yang kita pakai selama ini aman? Ternyata dari sekian banyak pembalut yang beredar hampir seluruhnya tidak aman dan mengandung racun. Menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan penderita kanker mulut rahim NO.1 di dunia, dan 62% salah satunya diakibatkan oleh penggunaan produk pembalut yang tidak berkualitas. Di RSCM: 400 pasien kanker leher rahim baru setiap tahunnya, dan itu baru dari satu rumah sakit dan kematian akibat kanker serviks sekitar 66%. Mayoritas penderita datang dalam kondisi stadium lanjut. Tingkat kesadaran deteksi dini masih rendah. Setiap satu jam ada penambahan penderita kanker mulut rahim di Indonesia.

Daerah kewanitaan yang kita sayangi selama ini ternyata secara tidak sengaja kita racuni. Dan yang membuat kita terkejut adalah bahwa pembalut yang biasa kita pakai ternyata terbuat dari kertas /sampah daur ulang dan mengandung DIOXIN. Konggres (DPR) di Amerika Serikat sedang mempersiapkan Undang-undang pelarangan pemakaian pemutih pada pembalut dan pemakaian bahan daur ulang. http://womenscancercenter.com/cancercosts/hr890.html ttg Tampon Safety and Research Act of 1999 (Introduced in the House) HR 890 IH. Dan di beberapa negara maju pembalut semacam ini dilarang beredar. Di Indonesia kita tidak diinformasikan tentang bahaya tersebut, dan industri pembalut tetap menjual produk mereka dengan harga yang sangat murah dan berkwalitas rendah karena tidak memakai bahan kapas melainkan berbahan dasar sampah kertas daur ulang dan pemutih.

Pembalut wanita merupakan benda yang sangat vital bagi kaum hawa bahkan sudah menjadi kebutuhan pokok ketika seorang wanita sedang menstruasi. Tanpa disadari, ternyata justru menjadi salah satu penyebab penyakit kewanitaan dengan ditemukannya zat DIOXIN pada benda sahabat wanita itu. Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO bahwa zat DIOXIN dapat menyebabkan kanker.

Apa itu DIOXIN? DIOXIN adalah sebuah hasil sampingan dari proses bleaching (pemutihan) yang digunakan pada pabrik kertas, termasuk pabrik pembalut wanita, tissue, sanitary pad dan diaper.

Bagaimana Dioxin tersebut bisa meresap ke dalam rahim ?
Bila darah haid (bersifat panas) jatuh ke permukaan pembalut , maka zat dioxin akan dilepaskan melalui proses penguapan. Uap tersebut pertama-tama akan mengenai permukaan vagina, kemudian diserap ke dalam rahim melalui saluran Serviks, lalu masuk ke uterus, melalui tuba fallopi dan berakhir di ovarium.Sehingga menyebabkan : kanker leher rahim, gatal2, myoma dll.

Petunjuk Untuk pengujian apakah terbuat dari pulp/kertas daur ulang sbb :
Anda dapat melakukan pengetesan apakah pembalut yang anda beli aman atau tidak sbb:

1.Sobek produk pembalut Anda, ambil bagian inti dalamnya.
2.Ambil segelas air putih. Usahakan gunakan gelas transparan sehingga lebih jelas.
3.Ambil sebagian dari lembaran inti pembalut Anda dan celupkan ke dalam air tersebut. Aduk dengan sumpit.
4.Lihat perubahan warna air (karena kalo higienis dan bersih, seharusnya air akan tetap jernih).
5.Lihat apakah produk tersebut tetap utuh atau hancur seperti pulp. Jika hancur dan airnya KERUH, berarti Anda menggunakan produk yang kurang berkualitas, dan banyak mengandung zat pemutih (DIOXIN)

Pembalut yang Baik, anda perlu ‘ TAHU ‘ !

Apakah Anda Tahu, Betapa Jahatnya Pembalut Biasa Yang Anda Gunakan Sehari-hari?

Pembalut wanita adalah termasuk produk “cepat saji” dan produk sekali pakai. Karena itu, untuk menghemat biaya produksi, para produsen pembalut kerap mendaur ulang bahan sampah kertas bekas dan menjadikan sampah kertas bekas ini menjadi bahan dasar pembalut wanita.
Pembalut wanita merupakan produk yang sangat besar pasarnya serta merupakan produk sekali pakai, oleh karena itu untuk menghemat biaya produksi, industri pemblaut wanita biasanya menggunakan produk daur ulang dari sampah kertas bekas sebagai bahan dasar dari pembalut wanita yg saat ini banyak beredar di pasaran.
bahan pembuat pembalut adalah kertas bekas, koran bekas, hingga kardus bekas.
Karena menggunakan bahan kertas daur ulang tentunya dibutuhkan suatu proses dengan bahan kimia untuk membuat kertas daur ulang tersebut menjadi berwarna putih, membunuh bakteri-bakteri, serta menghilangkan bau sampahnya.
Adakah suatu cara untuk membuktikan bahwa pembalut yang biasa saya gunakan terbuat dari sampah kertas daur ulang serta mengandung bahan-bahan kimia yg sangat berbahaya bagi organ reproduksi ?
Sebagian besar wanita tidak tahu bahwa pembalut yg mereke gunakan sehari-hari selama ini terbuat dari bahan-bahan yg sangat tidak layak pakai. Banyak wanita yg membeli pembalut biasa / panty liners biasa yg ada dipasaran karena mereka hanya memikirkan harga yg murah dan sudah cukup enak dipakai, tapi tanpa mengetahui sedikitpun ancaman kesehatan organ reproduksi yg sedang mengancam mereka.
Coba lakukanlah pengujian sebagai berikut:
  1. Sobek produk pembalut yang biasa anda gunakan, ambil bagian inti di dalamnya.
  2. Ambil air putih segelas. Sebisamungkin gunakan gelas yang transparan sehingga lebih jelas.
  3. Ambil sebagian dari lembaran inti pembalut dan celupkan ke dalam gelas, aduk dengan sumpit.
  4. Lihat perubahan warna dalam air.
  5. Apakah produk tersebut utuh atau hancur seperti pulp. Jika hancur dan airnya keruh, berarti anda menggunakan produk yang berkualitas buruk dan banyak mengandung bahan pemutih.
  6. Anda akan menemukan gulungan kertas dan bukan kapas.
  7. Bahan pemutih tersebut mengandung dioksin yang sering menyebabkan bagian intim organ kewanitaan selalu mengalami banyak masalah, seperti keputihan, gatal-gatal, iritasi, juga pemicu terjadinya kanker mulut rahim/serviks dan gangguan kesehatan reproduksi lainnya.

FAKTA 1:
Pembalut biasa yang ada di pasaran mengandung dioksin yang dipakai pada bahan pemutih.

Apakah Dioksin Itu, dan Apa Akibat yang Ditimbulkan Kalau Organ Intim Saya Terpapar Oleh Bahan Kimia Ini?

Hasil-hasil riset tentang dioksin berikut menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas:
  • Dioksin merupakan produk sampingan dari proses pemutihan yang digunakan dalam pembuatan produk kertas, termasuk tampon, sanitary pads (pembalut), panty liners, dan popok diapers. (Kongres Tampon Safety and Act, 1999)
  • Dioksin, walaupun dalam jumlah sedikit, terakumulasi dalam jaringan lemak (Endometriosis Association, 2004). Intervensinya sampai pada tingkat sel, yang akhirnya mempengaruhi DNA, metabolisme hormon, sistem endokrin, reproduksi, fungsi imunitas dan faktor pertumbuhan (Jurnal Environmental Health Perspective, 1995)
  • Wanita yang terpapar dioksin dapat mengalami gangguan endokrin pada berbagai tahap kehidupan yang meningkatkan risiko gangguan dan kondisi yang berkaitan dengan masalah hormon seperti ketidakteraturan siklus menstruasi, infertilitas/mandul, endometriosis, gangguan autoimun dan kanker sistem reproduksi. (National Institute of Health, 2005)
  • Dalam penelitian in vitro dan in vivo (dicobakan ke hewan), paparan 2,3,7,8-TCDD (senyawa klorin) positif merusak hingga ke tingkat genetik seperti kerusakan DNA, mutasi gen, pertukaran kromatid saudara dan transformasi sel. (IARC, 1997)
  • Paparan dioksin dalam kadar tinggi, selain berisiko menimbulkan kanker dan non kanker juga mengganggu pertumbuhan/perkembangan janin, bayi/anak, karena dioksin dapat ditransfer melalui plasenta dan ASI. (Tampon Safety and Act Congress, 1999)
  • Ambang batas dioksin dalam tubuh manusia adalah 1 pikogram/kg berat badan. (EPA, 1987)
  • Pada proses produksi, terdapat dioksin yang terbawa dalam bahan rayon dan daur ulang. (Dioksin in American Sanitary products, 1998)
  • Butuh minimal 8 tahun dari 50% dioksin dikeluarkan tubuh. (Fact Sheet of Dioksin, 2004)
  • Salah satu sumber dioksin adalah bahan pemutih, bleaching, bubur kertas. (Fact Sheet of Dioksin, 2004)
  • Paraahli kesehatan merekomendasikan pemakaian pembalut yang tidak diberi pemutih dan serat sintetik, karena pemutih dapat menyebabkan risiko kesehatan, termasuk kanker ovarium, kanker mulut rahim/serviks, kanker payudara. (Tampon Safety, 2003)
Bagaimana Dioksin Masuk ke Rahim?
Bila darah haid (bersifat panas) jatuh ke permukaan pembalut, maka zat dioksin akan dilepaskan melalui proses penguapan. Uap dioksin masuk ke liang vagina, terus masuk ke serviks bahkan ke rongga rahim bahkan sampai ke ovarium. (YLKI)

FAKTA 2:
Bahan pemutih yang mengandung dioksin meningkatkan risiko kesehatan, termasuk kanker ovarium, keputihan, kanker mulut rahim/serviks, dan kanker payudara.

Fakta-fakta Tentang Kanker Mulut Rahim/Serviks
  • Kanker serviks (mulut / leher rahim) adalah penyakit pembunuh wanita no 1 di dunia dengan jumlah penerita 630 juta (WHO).
  • Setiap hari kanker serviks merenggut nyawa 600 wanita di dunia dan 20 wanita Indonesia(YKI).
  • Menyerang 50% wanita usia 35-55 tahun, 50% lagi di bawah 35 tahun.
  • Di Indonesia, setiap hari 41 wanita terdeteksi kanker serviks (YKI).
  • Indonesiaadalah negara dengan insiden kanker serviks tertinggi di dunia (WHO).
  • Peluang meninggal bila seorang wanita terdiagnosa kanker ini adalah 66%.

Apakah Hubungan Antara Kanker Serviks dan Pemakaian Pembalut yg Mengandung Bahan Kimia Dioksin ?

Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV (human papillomavirus). Infeksi HPV sebenarnya hal yang biasa terjadi. Virus ini ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak seksual. Kebanyakan orang dewasa telah terinfeksi HPV pada suatu saat dalam kehidupan mereka. Tetapi tidak semua wanita yang terinfeksi oleh virus ini menderita kanker serviks. Ada beberapa kombinasi faktor-faktor tambahan yang bisa meningkatkan risiko timbulnya penyakit ini, yaitu antara lain: kebiasaan merokok, melemahnya sistem kekebalan tubuh, adanya infeksi bakteri/virus lain dalam tubuh, kurangnya kebersihan, dan paparan bahan kimia.

Waspada Cacing Pada Pembalut Wanita

Akhir – akhir ini bermunculan berita seputar pembalut wanita yang didalamnya terdapat cacing. Wah… ngeri…!!! Ini mungkin karena kurangnya pengawasan pemerintah terhadap cara kerja suatu produk ini sehingga bahan yang digunakan untuk membuat pembalut tidak terjamin kebersihannya. Pembalut wanita yang menggunakan bahan bekas sangat berakibat fatal bagi kesehatan organ intim. Disamping mengandung zat berbahaya yang menyebabkan gangguan kewanitaan pada saat datang bulan, juga berdampak pada kesehatan janin.
 
Akibat pengolahan limbah kertas bekas yang didaur ulang secara tidak sempurna menimbulkan bakteri-bakteri masih berkembang biak, termasuk juga berkembang biaknya hewan melata seperti cacing, ini yang ditemukan di dalam sebuah pembalut wanita yang berkualitas murah di pasaran.
 
Sangat dianjurkan bagi para wanita, baik yang masih gadis maupun wanita dewasa untuk melihat foto-foto ini, agar dapat mempertimbangkan kembali jenis pembalut wanita yang selama ini digunakan. Pastikan selalu bahwa pembalut wanita yang anda pilih adalah pilihan tepat dan sudah anda buktikan sendiri kualitasnya. Pembalut berkasus ini ditemukan di negeri China. Stttt.. ngeri dech ada cacing di pembalut wanita.
 

Cek hiegienis produk napkin yang Anda pakai!! Karena menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan penderita kanker mulut rahim NO.1 di dunia, dan 62% salah satunya diakibatkan oleh penggunaan produk pembalut yang tidak berkualitas!!! Di RSCM: 400 pasien kanker leher rahim baru setiap tahun. Di RSCM kematian akibat kanker serviks sekitar 66%. Mayoritas penderita datang dalam kondisi stadium lanjut. Tingkat kesadaran deteksi dini masih rendah. 
 
Berikut foto-fotonya:
Hal ini perlu diwaspadai dan diperhatikan. Sebaiknya kalau sebelum memakai pembalut lakukan dulu pengecekan terhadap pembalut yang anda pakai agar tidak terjadi hal yang tidak kita inginkan (bagi wanita). Cara pengecekannya antara lain :
  1. Sobek produk pembalut Anda, lalu ambil bagian inti didalamnya.
  2. Ambil segelas air putih, dengan menggunakan gelas transparan sehingga terlihat lebih jelas.
  3. Ambil sebagian dari lembaran inti pembalut Anda dan celupkan ke dalam air tersebut, aduk hingga merata.
  4. Lihat perubahan warna air (karena kalo hieginis dan bersih,seharusnya air akan tetap jernih).
  5. Lihat apakah produk tersebut tetap utuh atau hancur seperti pulp. Jika hancur dan airnya keruh, berarti Anda menggunakan produk yang kurang berkualitas, dan banyak mengandung pemutih (byclean) atau anda bisa sekaligus melihat apakah ada cacing atau tidak.
Dari produk yang kurang berkualitas tersebutlah yang sering menyebabkan di bagian intim wanita selalu mengalami banyak masalah: – Keputihan – Gatal-gatal – Iritasi – dan lain-lain. Maka telitilah anda sebelum memakai pembalut atau pun yang lainnya.
sumber: http://syaifullaharifin.blogspot.com/2010/11/cacing-pada-pembalut-wanita.html


Setiap Hari, Satu Perempuan Terdeteksi Kanker Serviks

FJPI Gelar Bakti Sosial Kesehatan Reproduksi


Medan, (Analisa). Jumlah perempuan yang menderita kanker serviks atau kanker mulut rahim terus meningkat. Hingga kini di Indonesia, sekitar 240 ribu perempuan menderita kanker serviks, dengan angka kejadian hampir satu orang perempuan terdiagnosa kanker serviks setiap harinya.
"Untuk itu, pemeriksaan mulut rahim secara rutin perlu dilakukan, agar penyakit dapat dideteksi secara dini," ujar Dr Saradina SpOG (K), dokter spesialis kandungan dari RSUP H Adam Malik Medan, dalam bakti sosial kesehatan reproduksi-papsmear serta pemasangan alat KB gratis, yang digelar Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) bekerjasama dengan RSUP H A Malik Medan, BKKBN Sumut, dan Dinas Kesehatan Medan, di Jalan Madio Santoso lingkungan 14 Pulo Brayan Darat 1, Kecamatan Medan Timur, baru-baru ini.

Dr Saradina SpOG, mengatakan, pemeriksaan kesehatan mulut rahim dapat dilakukan dengan papsmear. "Dengan melakukan papsmear, kita dapat mengetahui apakah rahim wanita, sel-selnya dalam kondisi normal, apakah letipracancer, atau cancer," sebutnya.

Perempuan yang sudah menikah dan sudah melakukan hubungan suami isteri, masih Saradina, wajib papsmear satu tahun sekali. Ini dilakukan agar sel-sel kanker pada mulut rahim dapat diketahui secara dini. Dengan demikian, pengobatan pun dapat dilakukan lebih awal.

Menurut Saradina penyebab kanker serviks, paling banyak disebabkan oleh human papiloma virus yakni virus jenis papiloma tipe 16 dan 18. Untuk mengatasi kanker serviks, ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Pertama dengan melakukan pencegahan, Kedua mendeteksi dini yaitu dengan papsmear. Ketiga dapat dilakukan dengan pengobatan.

"Untuk pencegahan, sekarang sudah ada vaksin untuk kanker mulut rahim atau kanker serviks yang bisa kita lakukan pada wanita berumur 9-55 tahun. Untuk deteksi dini kita dapat melakukan papsmear, kemudian penanganannya dapat dilakukan sesuai stadiumnya. Pada stadium awal, kita dapat melakukan operasi yang disebut dengan radikal insrektomi. Pada stadium lanjut dapat kita lakukan simoradiasi," paparnya.

Sebenarnya, lanjut Saradina, apabila perempuan papsmear sesuai jadwal setahun sekali, angka kemungkinan kanker dapat ditekan dan penanganannya dapat dilakukan pada stadium awal sehingga angka kematian dapat diturunkan.

"Angka kematian karena kanker serviks, saat ini mencapai setengah dari angka kejadiannya. Jika kejadiannya 240 ribu per tahun, berarti setengah angka kematiannya," tegasnya.

Selain papsmear gratis, FJPI juga menggelar pemasangan alat KB gratis bekerjasama dengan BKKBN Sumut. Kepala Balai Pelatihan dan Pengembangan BKKN Sumut, Drs Temazaro Zaga M.Kes mengatakan, saat ini pihaknya terus meningkatkan pelayanan KB kepada masyarakat, terutama metode kontrasepsi jangka panjang, seperti implan.

"Ini dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat berKB untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, individu, bangsa dan negara," tegasnya.

Saat ini, lanjutnya, total vertiliti atau angka kelahiran di Sumut cukup tinggi bila dibanding provinsi lain di Indonesia. "Dari total angka kelahiran, Sumut berada pada urutan ketiga tertinggi di Indonesia. Karena itu, kita terus mengupayakan berbagai pelayanan termasuk pelayanan ini," jelasnya seraya mengucapkan terima kasih kepada Forum Jurnalis Perempuan Indonesia karena sudah turut berpartisipasi mengajak masyarakat agar mau berKB.

Sementara itu Ketua Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Khairiah Lubis, didampingi Ketua Panitia Bakti Sosial Kespro FJPI Eko Brahmawati mengatakan, bakti sosial kesehatan reproduksi dilakukan, dalam rangkaian HUT ke-4 FJPI.

Selain menggelar kegiatan untuk meningkatkan kualitas jurnalis, FJPI juga mengadakan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat banyak. Pemilihan papsmear serta pemasangan alat KB gratis dilakukan guna membantu serta memotivasi perempuan agar dapat hidup lebih sehat dan berkualitas.

Selain itu, banyak perempuan tidak tahu dengan benar bagaimana menjaga kesehatan reproduksi. "Kami ingin memberi edukasi kepada perempuan agar dapat hidup lebih sehat. Dengan demikian, akan lahir generasi penerus bangsa yang kuat," pungkas Khairiah.(rel/mc)

Selasa, 08 Januari 2013

Deteksi Kanker Serviks

Bagaimana cara mendeteksi bahwa seorang wanita terinfeksi HPV yang menyebabkan kanker serviks? Gejala seseorang terinfeksi HPV memang tidak terlihat dan tidak mudah diamati. Cara paling mudah untuk mengetahuinya dengan melakukan pemeriksaan sitologis leher rahim. Pemeriksaan ini saat ini populer dengan nama Pap smear atau Papanicolaou smear yang diambil dari nama dokter Yunani yang menemukan metode ini yaitu George N. Papanicolaou. Namun, ada juga berbagai metode lainnya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV dan kanker serviks seperti berikut:
  • IVA

    IVA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat. Metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan.
  • Pap smear

    Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks.
  • Thin prep

    Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat.
  • Kolposkopi

    Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim. Jika ada yang tidak normal, biopsi — pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh — dilakukan dan pengobatan untuk kanker serviks segera dimulai.

26.000 Perempuan Terkena Kanker Serviks



PEKANBARU (Lampost.Co): Data histopatologik Dirjen Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan RI menyebutkan sebanyak 26.169 wanita Indonesia terkena kanker serviks. Usia antara 45 sampai 54 tahun mendominasi penderitanya.

Demikian dikatakan Ketua Umum Gerakan Anti Kanker Serviks Indonesia (GAKSI) Asep Rachmatullah dalam acara Seminar Nasional Kanker Serviks bertema Perangi Kanker Serviks Pembunuh Wanita di Pekanbaru, Sabtu (22-12).


Ia mengatakan, dari jumlah lebih 26 ribu wanita itu, sebanyak 8.451 merupakan kalangan wanita


berumur 45 hingga 54 tahun dengan persentase yakni 32,29 persen.


Asep menjelaskan, dominan kanker serviks juga menghinggapi kalangan wanita berusia 35-44 tahun dengan jumlah yang mencapai 8.216 atau sekitar 31,40 persen.


Selanjutnya, dominan kanker serviks juga menghinggapi wanita berusia 55-64 tahun dengan jumlah yang mencapai 4.310 atau sekitar 16,47 persen.


"Baru kemudian yakni kalangan wanita berusia 25-34 tahun dengan jumlah yakni sekitar 2.945 orang dan persentase sekitar 11,25 persen," katanya.


Dari jenjangnya, lanjut dia, kanker serviks juga mengenai para wanita 65-74 tahun dengan persentase yakni 5,06 persen.


Kemudian disusul oleh kalangan wanita berusia di atas 75 tahun dengan persentase sekitar 1,83 persen dengan jumlah sekitar 478 orang.


"Sisanya yakni kalangan wanita berusia 15 hingga 24 tahun dengan persentase sekitar 0,7 hingga 0,67 persen," katanya.


Bahkan, kata dia, untuk catatan stadium tertinggi dengan tingkat kematian yakni berkisar satu kematian per jam.


"Situasi ini harus diantisipasi dengan cara hidup sehat. Pola hidup sehat adalah upaya yang tepat untuk mencegah dan hal ini lebih baik daripada mengobatinya," ujar Asep. MI/U-4


Foto: MICOM

Baru Dua Persen yang Tahu Kanker Serviks



Baru Dua Persen yang Tahu Kanker Serviks 

JAKARTA, KOMPAS.com - Kanker serviks atau kanker leher rahim saat ini masih menjadi momok menakutkan bagi perempuan. Betapa tidak, setiap hari ada satu perempuan meninggal akibat kanker ini. Hal itu diperparah dengan masih minimnya pengetahuan masyarakat, khususnya perempuan Indonesia tentang kanker serviks.
Demikian disampaikan Laila Nuranna SpOG dari Divisi Onkologi Ginekologi Departemen Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dalam acara Gerakan Perempuan Melawan Kanker Serviks, di Gedung Pertamina, Kamis, (6/10/2011).
Data patologi di beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan, kejadian kanker serviks merupakan kanker terbanyak pada perempuan. Selain angka kasusnya tinggi, hampir 70 persen kasus ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. 

"Kami mengakui, pemahaman masyarakat masih rendah. Dari data, hanya 2 (dua) persen masyarakat yang paham tentang kanker serviks. Dan perlu diusahakan upaya sosialisasi terus menerus kepada masyarakat sehingga pengetahuan mereka meningkat," ucapnya.
Laila mengatakan, mengingat masih tingginya angka kasus serta kematian pada penderita kanker serviks dan kenyataan bahwa sebagaian besar kasus ditemukan pada stadium lanjut, maka program yang seharusnya segera dilaksanakan adalah pencegahan dan deteksi dini atau skrining.

Menurutnya, masih banyak wanita di Indonesia yang enggan melakukan deteksi dini kanker serviks baik dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) atau PAP Smear dikarenakan takut terinfeksi dan menganggap pemeriksaan itu menyakitkan.
"Kita harus mencitakan dan secara konsisten mengingatkan bahwa pemeriksaannya tidak sakit. Ini perlu dijelaskan betapa pentingnya skrining ketimbang harus sampai ada keluhan," paparnya.

Laila menambahkan, sejauh ini cakupan skrining kanker serviks di DKI Jakarta masih sangat rendah yakni tidak lebih dari 10 persen. Sedangkan untuk seluruh Indonesia, cakupan skrining kanker serviks belum melebihi 5 persen.
"Siapa saja bisa terkena kanker serviks. Jadi sebelum terlambat, segera lakukan upaya deteksi dini baik dengan IVA atau PAP Smear. Untuk pencegahan bisa dengan vaksinasi HPV bagi yang memang mampu," tandasnya. 

Penulis : Bramirus Mikail
 
Editor :
Asep Candra

Wanita Indonesia Rentan Kanker Serviks dan Payudara

Wanita Indonesia Rentan Kanker Serviks dan Payudara 
dr. Drajat R. Suardi Sp. B(K) ONK - FICS, Ketua Umum Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI)



JAKARTA, KOMPAS.com — Tiap daerah belahan dunia memiliki kecenderungan penyakit kanker yang berbeda-beda. Di Korea dan Jepang, didominasi penyakit kanker pada lambung. Di India, didominasi penyakit kanker pada oral/rongga mulut. Di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lain, penyakit kanker didominasi kaum wanita yaitu kanker serviks dan payudara. 

Apa yang menyebabkan wanita Indonesia rentan kanker serviks dan payudara? Ketua Umum Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI), Dradjat Suardi, Jumat (16/12/11) di Jakarta, mencoba menjelaskannya kepada wartawan saat konferensi pers peluncuran program Fase II Studi ACTION (ASEAN Costs In Oncology). "Ada beberapa faktor risiko di Indonesia," ucapnya. 

Pertama, menstruasi wanita di negara berkembang relative lebih cepat dibandingkan negara lain. Kedua, menopause lebih lambat. Ketiga, wanita usia menopause kini cenderung berusaha memperlambat proses alamiah itu demi kecantikan. 

Keempat, jumlah anak sedikit menyebabkan paparan terhadap hormon esterogen lebi panjang jadi risiko menjadi lebi besar. Kelima, terdapat faktor internal dan eksternal serta paparan zat kimia pada makanan dan sebagainya. 

Ia mengatakan penyakit kanker serviks kini cenderung dapat dicegah dengan suntik vaksin human papilloma virus (HPV). Jika dilakukan sejak remaja, bisa mencegah kanker serviks hingga 80 persen. Sedangkan pada usia dewasa, bisa mencegah kanker serviks hinga 50 persen. 

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan jenis kanker tertinggi di rumah sakit seluruh Indonesia pasien rawat inap pada tahun 2008 adalah kanker payudara (18,4 persen) dan kanker serviks/leher rahim (10,3 persen). 

Penulis : Ichwan Susanto
 
Editor :
Lusia Kus Anna

ASI Mengandung Zat Antikanker


ASI Mengandung Zat Antikanker
KOMPAS.com - Air Susu Ibu adalah cairan ajaib yang dibutuhkan bagi semua bayi baru lahir. Beberapa ilmuwan menyakini, ASI dapat memberikan proteksi pada bayi terhadap berbagai ancaman penyakit serius seperti misalnya kanker. Tetapi, bagaimana cara ASI melindungi bayi Anda dari berbagai bentuk kanker masih menjadi sebuah misteri.
Kini, sebuah riset terbaru yang dimuat Journal of Human Lactation menemukan suatu bentuk protein pada ASI yang ternyata memiliki sifat sebagai zat antikanker, yang biasa disebut TNF-apoptosis inducing ligand (TRAIL).

Dalam kajiaannya, para peneliti mengambil sampel berupa kolostrum dan ASI matang dari calon ibu baru. Selain itu, peneliti juga mengambil sampel darah dari wanita sehat, dan susu formula. Kemudian peneliti menguji tingkat TRAIL pada kolostrum, ASI matang, darah dan susu formula.

Para peneliti menemukan bahwa kolostrum dan ASI masing-masing mengandung 400 dan 100 kali lipat tingat TRAIL, lebih tinggi ketimbang darah. Sementara kandungan TRAIL sama sekali tidak terdeteksi dalam susu formula.

"ASI memiliki peran penting dalam mencegah jenis kanker tertentu pada anak seperti leukemia lymphoblastic, penyakit Hodgkin, dan neuroblastoma. Namun, laurutan TRAIL endogen adalah kandidat kuat untuk menjelaskan efek biologis keseluruhan dari menyusui dalam melawan kanker," kata peneliti.

Para ibu yang dipilih untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sudah memenuhi syarat karena mereka tidak menunjukkan tanda-tanda eklampsia, infeksi, atau demam.

"Ini adalah temuan pertama yang mengukur kadar TRAIL dalam kolostrum dan ASI. Penelitian ini telah mengungkapkan konsentrasi TRAIL jauh lebih tinggi di kolostrum dan ASI ketimbang dengan tingkat TRAIL serum," tutup peneliti. 


Penulis : Bramirus Mikail | Kamis, 26 April 2012
Editor :
Asep Candra

Kasus Kanker Naik 75 Persen Pada 2030


Kasus Kanker Naik 75 Persen Pada 2030

KOMPAS.com - Ini adalah kabar yang mesti diwaspadai dan diantisipasi. Kajian para ahli menunjukkan, kasus kanker di dunia diperkirakan bakal melonjak hingga 75 persen pada 2030 mendatang. Peningkatan kasus kanker paling tinggi diramalkan terjadi di negara-negara termiskin dengan proyeksi kenaikan bisa mencapai 90 persen.

Seperti yang dilaporkan dalam jurnal The Lancet Oncology edisi online pada Kamis (31/52012), para ilmuwan menyatakan bahwa rata-rata jenis kanker tertentu seperti kanker serviks dan kanker perut diramalkan menurun di negara-negara berkembang. Tetapi, penurunan ini kemungkinan akan diimbangi oleh melonjaknya berbagai jenis kanker yang berkaitan dengan gaya hidup "barat", seperti kanker payudara, prostat dan kolorektal.

Dalam risetnya, para ahli menganalisa data kanker International Agency for Research on Cancer (IARC) dari 184 negara pada 2008 lalu. Analisa ini dimaksudkan untuk menguji bagaimana tren kanker saat ini yang bervariasi di berbagai negara berdasarkan tingkat pembangunan, yang diukur berdasarkan indeks pembangunan manusia (Human Development Index/HDI).

Saat ini, negara-negara dengan tingkat HDI rendah (seperti di negara sub-Sahara Afrika) memiliki kasus kanker yang tinggi untuk jenis yang berkaitan dengan infeksi seperti kanker serviks,  kanker hati, kanker perut dan tumor Kaposi Sarkoma. Negara-negara dengan tingkat HDI lebih tinggi (seperti Australia, Brazil, Rusia dan Inggris ) memiliki rata-rata kanker yang tinggi untuk jenis yang berkaitan dengan merokok  (kanker paru), faktor-faktor reproduktif, obesitas dan diet (payudara, prostat dan kolorektal).

Membaiknya standar kesejahteraan pada negara-negara yang HDI-nya rendah dapat menurunkan kasus kanker yang berkaitan dengan infeksi. Tetapi negara-negara ini juga bisa mengalami peningkatan yang drastis pada jenis-jensi kanker yang kini berkembang di negara dengan rata-rata HDI lebih tinggi, kata peneliti dalam laporannya.

Rata-rata kasus kanker bisa meningkat hingga  93 persen di negara dengan HDI rendah pada 2030 nanti, dan pada periode yang sama peningkatan sebesar 78 persen bakal terjadi di negara-negara dengan HDI menengah  (seperti Afsel, China dan India), menurut pimpinan riset Dr. Freddie Bray dari IARC.

Peneliti juga menemukan, rata-rata kanker prostat dan kanker payudara akan meningkat di negara-negara dengan HDI menengah, tinggi, atau sangat tinggi. Selain itu, rata-rata kasus kanker perut dan kanker serviks secara umum akan mengalami penurunan di negara-negara dengan HDI menengah , tinggi atau sangat tinggi.

Kanker paru saat ini bukan merupakan jenis kanker yang banyak ditemukan di negara dengan HDI rendah, tetapi akan berubah jika kebiasaan merokok tidak diatur secara efektif di negara-negara ini. Para peneliti juga menemukan bahwa  40 persen kasus kanker di seluruh dunia pada 2008 terjadi di negara-negara dengan tingkat HDI sangat tingi, meskipun mereka hanya berpenduduk 15 persen dari populasi dunia.

Sebelumnya, IARC pernah membuat prediksi, bahwa pada tahun 2030, akan ada 26 juta kasus baru kanker dan 17 juta orang di antaranya akan meninggal akibat kanker.

Merasa Tak Ada Keluhan, Perempuan Enggan Periksa Serviks


Merasa Tak Ada Keluhan, Perempuan Enggan Periksa Serviks
KOMPAS.com - Kanker serviks merupakan pembunuh nomor satu di negara berkembang. Perempuan bisa melakukan pencegahan dengan melakukan deteksi dini. Namun banyak perempuan yang tidak memahami bagaimana caranya, dan tidak mengetahui info medis yang lebih spesifik mengenai langkah pencegahan kanker serviks ini.

Sandrina Malakianio, Duta Kampanye Pencegahan Kanker Serviks dari Yayasan Kanker Indonesia, mengatakan kesadaran untuk memeriksakan kesehatan reproduksi perempuan masih perlu ditumbuhkan. Forum edukasi mengenai kanker serviks termasuk cara pencegahannya juga perlu ditingkatkan.

Menurutnya, salah satu kendala yang membuat perempuan belum tergerak memeriksakan diri untuk mencegah kanker serviks adalah karena merasa tidak mengalami gangguan atau keluhan.

"Perempuan seringkali merasa tidak ada keluhan atau malu untuk memeriksakan diri. Akhirnya perempuan mengetahui dirinya terkena kanker serviks saat kondisinya parah. Bila terinfeksi virus HPV, tidak menimbulkan keluhan sampai dengan kanker sudah pada stadium dua," jelasnya kepada Kompas Female di sela perayaan Hari Kartini diadakan Hijabersmom Community di Citywalk Jakarta, Sabtu (28/4/2012).

Perempuan juga kerap merasa takut memeriksakan diri, termasuk melakukan tes pap smear sebagai langkah awal untuk mengetahui ada tidaknya risiko kanker atau gangguan lainnya. Ketakutan berasal dari pemahaman yang keliru mengenai proses pemeriksaan yang kerap dianggap menyakitkan. Selain itu perempuan juga kerap menunda pemeriksaan, lantaran takut akan hasilnya nanti.

"Kalau menjalani hidup baik, tidak ada yang perlu ditakuti. Justru kalau tahu lebih awal kanker bisa lebih mudah ditangani," ungkapnya.

Pemeriksaan tahap awal bisa dengan melakukan tes pap smear. Jika hasil tes pap smear tidak menunjukkan adanya gangguan, Anda bisa melakukan vaksin. Sandrina menjelaskan, tes pap smear sebaiknya dilakukan setiap tahun, namun jika dalam tiga tahun berturut-turut tidak ada gangguan apa pun, tes pap smear boleh dilakukan dua tahun sekali.

"Vaksin bisa dilakukan kapan saja sebagai langkah pencegahan, kecuali saat hamil. Suntikan vaksin dilakukan berkala. Dari vaksin pertama, ada jeda dua bulan untuk suntikan vaksin kedua lalu diulangi lagi pada bulan keenam," jelas Sandrina yang telah menjadi Duta Kampanye Pencegahan Kanker Serviks lebih dari lima tahun. 


Penulis : Wardah Fazriyati | Sabtu, 28 April 2012
Editor :
wawa

Kanker Serviks Pembunuh Nomor 1 Wanita Indonesia

Kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker mulut rahim) merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi bagi kaum wanita. Setiap satu jam, satu wanita meninggal di Indonesia karena kanker serviks atau kanker leher rahim ini. Fakta menunjukkan bahwa jutaan wanita di dunia terinfeksi HPV, yang dianggap penyakit lewat hubungan seks yang paling umum di dunia.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), infeksi ini merupakan faktor risiko utama kanker leher rahim. Setiap tahun, ratusan ribu kasus HPV terdiagnosis di dunia dan ribuan wanita meninggal karena kanker serviks, yang disebabkan oleh infeksi itu. Mengingat fakta yang mengerikan ini, maka berbagai tindakan pencegahan dan pengobatan telah dibuat untuk mengatasi kanker serviks atau kanker leher rahim.
>->
Di Indonesia, setiap satu jam, satu wanita meninggal karena kanker serviks
Kanker serviks atau kanker leher rahim terjadi di bagian organ reproduksi seorang wanita. Leher rahim adalah bagian yang sempit di sebelah bawah antara vagina dan rahim seorang wanita. Di bagian inilah tempat terjadi dan tumbuhnya kanker serviks. Apa penyebab kanker serviks atau kanker leher rahim?

Penyebab Kanker Serviks
Kanker serviks menyerang daerah leher rahim atau serviks yang disebabkan infeksi virus HPV (human papillomavirus) yang tidak sembuh dalam waktu lama. Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi HPV akan mengganas dan bisa menyebabkan terjadinya kanker serviks. Gejalanya tidak terlalu kelihatan pada stadium dini, itulah sebabnya kanker serviks yang dimulai dari infeksi HPV dianggap sebagai “The Silent Killer”.
Beberapa gejala bisa diamati meski tidak selalu menjadi petunjuk infeksi HPV. Keputihan atau mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan intim adalah sedikit tanda gejala dari kanker ini. Selain itu, adanya cairan kekuningan yang berbau di area genital juga bisa menjadi petunjuk infeksi HPV. Virus ini dapat menular dari seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks.

Ketika terdapat virus ini pada tangan seseorang, lalu menyentuh daerah genital, virus ini akan berpindah dan dapat menginfeksi daerah serviks atau leher rahim Anda. Cara penularan lain adalah di closet pada WC umum yang sudah terkontaminasi virus ini. Seorang penderita kanker ini mungkin menggunakan closet, virus HPV yang terdapat pada penderita berpindah ke closet. Bila Anda menggunakannya tanpa membersihkannya, bisa saja virus kemudian berpindah ke daerah genital Anda.

Risiko menderita kanker serviks adalah wanita yang aktif berhubungan seks sejak usia sangat dini, yang sering berganti pasangan seks, atau yang berhubungan seks dengan pria yang suka berganti pasangan. Faktor penyebab lainnya adalah menggunakan pil KB dalam jangka waktu lama atau berasal dari keluarga yang memiliki riwayat penyakit kanker.
iklanseribu bloggratiss4u majelisrasulullah seribukatamutiara surgaweb sangrajamaya SERBA SERBI seribusayang 2billiontraffic4u sehatwalafiah SERIBU KAWAN FECEBLOG 4UI Free Backlinks echange de liens iklanwarga freebacklinks4u ANEKA VIDEO BUSANA MUSLIM freebanner4u